Tulisan ini menggambarkan bagaimana peran laki-laki adil gender dalam keluarga.
Sebulan lalu temanku datang ke rumah untuk silaturahim. Kami duduk bersama dan mengobrol banyak tentang pengalaman dan kegiatan kami sehari harinya
Di tengah pembicaraan, aku bilang :
Maaf ya bro…!!!
“Aku mau nyuci piring, tunggu sebentar ya”
Dia menatap ku seolah aku barusan bilang bahwa aku akan membangun sebuah roket.
Lalu dia berkata padaku dengan rasa kagum tapi sedikit bingung :
“Aku senang kau membantu istrimu. Kalo aku sih, gak bantuin istriku, karena pas ku bantu, dia tidak memujiku.
Minggu lalu aku mengepel lantai dan dia gak ngucapin terima kasih.”
Aku duduk lagi dan menjelaskan pada temanku ini, bahwa aku gak sedang “membantu” istriku.
Sebenarnya, istriku gak butuh bantuan, tapi dia butuh partner.
Aku adalah seorang partner di rumah dan kadang stigma di masyarakat yang membuatnya seolah suami dan istri memiliki peran yang berbeda soal pekerjaan rumah tangga.
Istri mengerjakan semua, dan suami tidak membantu. Atau kalaupun membantu, hanya sedikit saja. Tapi sebenarnya itu bukan sebuah “bantuan” untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Aku bukan sedang membantu istriku
Aku bukan sedang membantu istriku membersihkan rumah. Karena aku juga tinggal di rumah ini, maka aku perlu ikut membersihkannya juga.
Aku bukan sedang membantu istriku memasak. Tapi karena aku juga ingin makan, maka aku perlu ikut memasak.
Aku bukan sedang membantu istriku mencuci piring setelah makan. Tapi karena aku jugalah yang memakai piring-piring itu, maka aku ikut mencucinya.
Aku bukan sedang membantu istriku mengurus anak-anaknya. Tapi karena mereka adalah anak-anakku juga, maka sebagai ayahnya, aku juga wajib ikut mengasuh mereka.
Aku bukan sedang membantu istriku mencuci dan melipat baju. Tapi karena baju-baju itu juga milikku dan anak-anakku, maka aku ikut membereskannya juga.
Aku bukan sebuah Bantuan di rumah, tapi aku adalah Bagian dari rumah ini.
Dan soal pujian, aku memintamu wahai temanku, nanti setelah istrimu membersihkan rumah, mencuci baju, mengganti sprei, memandikan anak, memasak, membereskan barang dan lain-lain,
kau harus mengucapkan terima kasih padanya, tapi harus ucapan terima kasih yang spesial, misalnya “Wow, Sayangkuu!! Kamu hebatt !”
Apa itu terasa konyol bagimu?
Apa kau merasa aneh?
Padahal ketika kau, cuma sekali seumur hidup mengepel lantai, lalu setelah selesai kau mengharapkan sebuah pujian besar dari istrimu, apa itu gak lebih aneh ?
Pernahkah kau berpikir sejauh itu?
Mungkin karena bagimu, budaya patriarki mengukuhkan bahwa semua pekerjaan rumah adalah tanggung jawab istri.
Mungkin kau kira, mengerjakan semua pekerjaan rumah yang banyak itu, bisa diselesaikan tanpa menggerakkan jari?
Maka hargai dan puji istrimu seperti kau ingin dihargai dan dipuji, dengan cara dan perlakuan yang sama.
Maka ulurkan tanganmu untuk membantunya, bersikaplah seperti partner sejati. Bukan seperti tamu yg datang hanya untuk makan, tidur, mandi dan terpenuhi kepuasannya.
Merasa nyamanlah di rumahmu sendiri.
Perubahan nyata dari masyarakat, dimulai dari rumah kita.
Mari ajarkan anak lelaki dan perempuan kita, arti sebenarnya dari kebersamaan keluarga.
Tulisan ini juga dibahas dalam episode podcast LPSDM yang berjudul “Peran Laki-laki Adil Gender dalam Keluarga” yang bisa anda tonton di Yotube pada link dibawah ini : https://youtu.be/ewrrIyH2i64?si=MLBuSUF95SIh1nON
Satu pemikiran pada “Laki-laki Adil Gender dalam Keluarga”